Kamis, April 14, 2016

Selamat Datang 25



Everything is changing. Kalimat ini yang rasanya paling pas untuk mewakili semua perasaan ketika kali pertama saya menghirup udara pagi di Sabtu, 9 April 2016 ini. Alih-alih bersemangat menyambut umur baru, saya justru lebih merasa ‘ngambang’. 


“Gila… Udah 25 aja ya”


Kalimat inilah yang pertama kali terucap di pagi itu. Masih dengan bantal menempel di pipi, saya mengawang ke beberapa dimensi masa lampau dan masa depan yang lalu-lalang muncul, silih berganti dan pergi.  Sialnya semua bayangan itu tidak serta merta berhasil membuat saya bersemangat. Sudah hampir 10 menit bermain dalam fikiran entah berantah tadi, saya pun memutuskan untuk beranjak dari kasur dan berusaha meraih ponsel yang berada tidak jauh dari jangkauan. Layar menyala,  seketika sinarnya masih menunjukkan pukul 04.30 pagi. Untuk ukuran saya yang saat itu memperoleh ‘cuti’ sholat tepat pada hari libur kerja, hari ini adalah hari terpagi untuk saya membuka mata.
Seketika saya mendapati ada beberapa notifikasi yang masuk ke dalam ponsel, ada beberapa sahabat lama yang berbaik hati mengirimkan ucapan selamat ulang tahun lengkap dengan doa yang menyertai ucapan tersebut. Saya bahagia membacanya pagi ini dan juga bahagia membaca ucapan lainnya sepanjang hari. Saya ingat bahwa kejadian ini pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, tapi yang membedakannya adalah perasaan dan reaksi saya.  


I felt so much happy that day. Indeed.

Saya menyadari banyak sekali hal yang harus saya syukuri dengan sepenuh hati di 25 ini. Udara, air, keluarga, orang terkasih, teman, kesehatan dan tentu banyak hal lainnya yang membuat saya melewati hari ini  dengan penuh syukur. Tuhan beri banyak sekali pintu keberkahan, rezeki, kesehatan, keluarga baru, pengalaman baru dan banyak sekali cinta di 24 tahun saya sebelumnya. Saya merasa kecil bilamana rasa ketidakpuasan menjadi raja atas rasa syukur yang saya miliki. Tuhan anugerahkan saya waktu untuk bahagia, udara untuk bernafas, keluarga tempat berlindung, sahabat tempat berbagi dan teman tempat menghapus lara. Orang asing menjadi teman, teman menjadi suadara, saudara menjadi keluarga dan keluarga pada akhirnya menjadi pintu suka dan duka serta tangis dan tawa.

I felt so much sad that day. Indeed.

Saya menyadari banyak sekali yang terlewatkan untuk dilakukan, dikejar dan diperjuangkan di 24 tahun saya sebelumnya. Saya menyia-nyiakan banyak waktu, tenaga, hati dan fikiran dalam banyak hal yang sia-sia. Saya menyadari beberapa hal yang seharusnya disadari bertahun-tahun yang lalu. Saya menyadari bahwa tidak banyak perubahan yang saya lakukan, baik dari pola pikir, sikap dan karakter. Setiap tahunnya saya selalu membuat daftar panjang tentang apa yang harus saya capai ditahun berikutnya, tapi teramat sayang manakala tidak lebih dari setengah daftar tersebut yang bisa di checklist kolomnya. Sedih memang, sedih karena Allah masih berbaik hati menganugerahkan umur namun saya tidak banyak bermanfaat bagi keluarga dan sesama ketika menghabiskannya. Sedih karena Allah menyediakan segalanya namun saya tidak mampu bersyukur dengan sebaik-baik cara. Sedih karena Allah melimpahkan banyak cinta namun saya tidak mampu memberi kasih dalam cinta kepadaNya. Sedih karena Allah sungguh-sungguh mengajarkan saya banyak hal melalui mata, telinga, mulut, wajah dan tangan disekitar saya namun saya hanya mampu mengalaminya tanpa benar-benar mengilhaminya.

Semoga Allah yang Maha mengerti, mengerti bahwa perasaan ini berada diantara sedih dan bahagia. Terima Kasih Allah, terimakasih untuk semua orang yang ada di hidup saya.







Selamat Datang 25


Tidak ada komentar:

What My Mom Taught Me about Life