Everything is
changing. Kalimat ini yang rasanya paling pas
untuk mewakili semua perasaan ketika kali pertama saya menghirup udara pagi di
Sabtu, 9 April 2016 ini. Alih-alih bersemangat menyambut umur baru, saya justru
lebih merasa ‘ngambang’.
“Gila…
Udah 25 aja ya”
Kalimat inilah yang
pertama kali terucap di pagi itu. Masih dengan bantal menempel di pipi, saya
mengawang ke beberapa dimensi masa lampau dan masa depan yang lalu-lalang
muncul, silih berganti dan pergi.
Sialnya semua bayangan itu tidak serta merta berhasil membuat saya
bersemangat. Sudah hampir 10 menit bermain dalam fikiran entah berantah tadi,
saya pun memutuskan untuk beranjak dari kasur dan berusaha meraih ponsel yang berada
tidak jauh dari jangkauan. Layar menyala,
seketika sinarnya masih menunjukkan pukul 04.30 pagi. Untuk ukuran saya
yang saat itu memperoleh ‘cuti’ sholat tepat pada hari libur kerja, hari ini
adalah hari terpagi untuk saya membuka mata.
Seketika saya
mendapati ada beberapa notifikasi yang masuk ke dalam ponsel, ada beberapa
sahabat lama yang berbaik hati mengirimkan ucapan selamat ulang tahun lengkap
dengan doa yang menyertai ucapan tersebut. Saya bahagia membacanya pagi ini dan
juga bahagia membaca ucapan lainnya sepanjang hari. Saya ingat bahwa kejadian ini pernah
terjadi di tahun-tahun sebelumnya, tapi yang membedakannya adalah perasaan dan
reaksi saya.
I felt so much happy
that day. Indeed.
Saya menyadari banyak
sekali hal yang harus saya syukuri dengan sepenuh hati di 25 ini. Udara, air,
keluarga, orang terkasih, teman, kesehatan dan tentu banyak hal lainnya yang
membuat saya melewati hari ini dengan penuh
syukur. Tuhan beri banyak sekali pintu keberkahan, rezeki, kesehatan, keluarga
baru, pengalaman baru dan banyak sekali cinta di 24 tahun saya sebelumnya. Saya
merasa kecil bilamana rasa ketidakpuasan menjadi raja atas rasa syukur yang
saya miliki. Tuhan anugerahkan saya waktu untuk bahagia, udara untuk bernafas,
keluarga tempat berlindung, sahabat tempat berbagi dan teman tempat menghapus
lara. Orang asing menjadi teman, teman menjadi suadara, saudara menjadi keluarga
dan keluarga pada akhirnya menjadi pintu suka dan duka serta tangis dan tawa.
I felt so much sad
that day. Indeed.
Saya menyadari banyak
sekali yang terlewatkan untuk dilakukan, dikejar dan diperjuangkan di 24 tahun
saya sebelumnya. Saya menyia-nyiakan banyak waktu, tenaga, hati dan fikiran
dalam banyak hal yang sia-sia. Saya menyadari beberapa hal yang seharusnya
disadari bertahun-tahun yang lalu. Saya menyadari bahwa tidak banyak perubahan yang
saya lakukan, baik dari pola pikir, sikap dan karakter. Setiap tahunnya saya
selalu membuat daftar panjang tentang apa yang harus saya capai ditahun
berikutnya, tapi teramat sayang manakala tidak lebih dari setengah daftar
tersebut yang bisa di checklist kolomnya. Sedih memang, sedih karena Allah masih
berbaik hati menganugerahkan umur namun saya tidak banyak bermanfaat bagi
keluarga dan sesama ketika menghabiskannya. Sedih karena Allah menyediakan
segalanya namun saya tidak mampu bersyukur dengan sebaik-baik cara. Sedih
karena Allah melimpahkan banyak cinta namun saya tidak mampu memberi kasih
dalam cinta kepadaNya. Sedih karena Allah sungguh-sungguh mengajarkan saya banyak
hal melalui mata, telinga, mulut, wajah dan tangan disekitar saya namun saya
hanya mampu mengalaminya tanpa benar-benar mengilhaminya.
Semoga Allah yang Maha mengerti, mengerti bahwa perasaan ini berada diantara
sedih dan bahagia. Terima Kasih Allah, terimakasih untuk semua orang yang ada
di hidup saya.
Selamat Datang 25